Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Bio-Kristi

You are hereReformator / William Tyndale

William Tyndale


Dirangkum oleh: Sri Setyawati

William Tyndale adalah seorang reformator dan sekaligus pemimpin rohani Inggris. Tyndale adalah seorang teolog dan sarjana sejati. Ia juga seorang yang sangat jenius. Ia sangat fasih dalam delapan bahasa, termasuk Ibrani dan Yunani Kuno, sehingga ada orang yang beranggapan bahwa bahasa mana pun di antara delapan bahasa tersebut merupakan bahasa ibunya. Bahkan, ia sering kali disebut sebagai "Arsitek bahasa Inggris", (bahkan lebih dari William Shakespeare) karena banyaknya frasa yang diciptakan olehnya, yang masih digunakan hingga saat ini.

William Tyndale

Tyndale berasal dari Gloucester dan mulai mengenyam pendidikan di Oxford pada tahun 1510, kemudian dia melanjutkan kuliahnya di Cambridge. Tyndale adalah orang yang memiliki karunia kecerdasan dan kedisiplinan hidup yang luar biasa, tetapi dia tidak menggunakannya untuk mengembangkan kariernya di dalam gedung gereja. Dia lebih memprioritaskan semangat untuk mengajarkan kabar baik tentang pembenaran oleh iman kepada orang-orang Inggris. Setelah membaca edisi Perjanjian Baru dalam Bahasa Yunani yang disalin oleh Erasmus, timbul pertanyaan dalam benaknya: cara apakah yang lebih baik untuk membagikan pesan ini kepada saudara-saudara sebangsaku, selain dengan memberi mereka Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris? Inilah sesungguhnya yang menjadi pemicu semangat hidup Tyndale, semangat yang terangkum dalam kata-kata mentornya, Erasmus, "Kristus menghendaki agar misteri-misteri-Nya dipublikasikan ke semua orang seluas mungkin. Saya ingin misteri-misteri tersebut (Injil dan surat-surat rasul) diterjemahkan ke dalam semua bahasa, bagi semua umat Kristen, dan agar Injil dan surat-surat itu dibaca dan dikenal." Hal ini telah dibayar dengan sangat mahal oleh Tyndale.

Pada tahun 1523, semangatnya itu semakin menyala-nyala. Pada tahun itulah, dia mencari izin dan dana dari uskup London untuk menerjemahkan Perjanjian Baru. Sayangnya, para uskup menolak permintaannya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang semakin meyakinkan Tyndale bahwa proyek tersebut tidak akan disambut dengan baik di mana pun di Inggris. Untuk menemukan lingkungan yang ramah, Tyndale pergi ke kota-kota bebas di Eropa -- Hamburg, Wittenberg, Cologne, dan akhirnya di kota para penganut Lutheran, Worms. Di sana, Tyndale mendapatkan kehormatan untuk menjadi orang pertama yang mencetak Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris (1525 -- 1526), sekaligus menjadi orang pertama yang memanfaatkan mesin cetak Gutenberg untuk mencetaknya.

Sampai sekarang masih ada satu jilid edisi pertama Perjanjian Baru yang lengkap milik Tyndale dan telah dibeli oleh Museum Britania dengan harga 2 juta dolar pada tahun 1948! Sementara itu, pada tahun 1530-an kitab Perjanjian Baru yang diilustrasikan oleh Tyndale dengan sangat indah telah diterbitkan dalam beberapa edisi dan cetakan. Setahun setelah eksekusi Tyndale pada bulan Oktober 1536, teman Tyndale -- John Rogers, menggunakan nama samaran "Thomas Matthew" mencetak "Alkitab Matthew-Tyndale 1537". Alkitab ini merupakan cetakan paling pertama dari Alkitab lengkap berbahasa Inggris yang diterjemahkan secara langsung dari bahasa aslinya -- Bahasa Yunani dan Ibrani. Alkitab ini juga telah dicetak ulang dengan ukuran yang lebih praktis pada tahun 1549. Alkitab-Alkitab ini (baik keseluruhan kitab dan lembaran-lembarannya) dan reproduksi faksimile dari karya tersebut saat ini sudah tersedia.

Terjemahan Perjanjian Baru yang dikerjakan Tyndale dengan cepat diselundupkan ke Inggris. Di sana, terjemahan tersebut diterima dengan tanggapan yang kurang antusias dari pihak-pihak yang berkuasa. Raja Henry VIII, Cardinal Wolsey, dan Sir Thomas More misalnya, sangat marah. Sir Thomas More menyatakan, "(Karya itu) tidak pantas disebut sebagai Perjanjian Kristus, tetapi Perjanjian Tyndale sendiri atau Perjanjian tuannya, si Antikristus." Pihak pemerintah pun membeli salinan-salinan terjemahan tersebut (yang ironisnya, justru membiayai karya Tyndale selanjutnya) dan menyiapkan rencana untuk membungkam Tyndale.

Sementara itu, Tyndale pindah ke Antwerp, sebuah kota yang secara relatif bebas dari agen-agen pemerintah Inggris maupun Kekaisaran Romawi Suci (dan Katolik). Selama 9 tahun, ia berhasil menghindari pihak yang berwenang, merevisi terjemahan Perjanjian Barunya, dan mulai menerjemahkan Perjanjian Lama dengan bantuan teman-temannya.

Tyndale mendapatkan kehormatan untuk menjadi orang pertama yang mencetak Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris (1525 -- 1526), sekaligus menjadi orang pertama yang memanfaatkan mesin cetak Gutenberg untuk mencetaknya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Pada akhirnya, hasil terjemahan Tyndale menjadi sebuah penentu sejarah Alkitab berbahasa Inggris dan bahasa Inggris itu sendiri. Hampir seabad kemudian, ketika para penerjemah Alkitab versi King James memperdebatkan tentang cara menerjemahkan Alkitab dari bahasa asli, dalam delapan dari sepuluh kali perdebatan tersebut, mereka setuju bahwa karya Tyndale adalah titik tolak yang terbaik untuk memulai penerjemahan.

Selain menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Inggris, Tyndale juga menghasilkan dan menerbitkan beberapa pandangan yang saat itu dianggap sebagai bidah, pertama-tama oleh Gereja Katolik dan selanjutnya oleh Gereja (Anglikan) Inggris yang didirikan oleh Raja Henry VIII. Penerjemahan Alkitabnya juga dilengkapi dengan catatan dan tafsiran yang mendukung pandangan-pandangannya tersebut.

Akan tetapi, pemerintah pada saat itu melarang peredaran hasil terjemahan Alkitab Tyndale. Bahkan, ada juga seorang biarawan yang tergila-gila pada doktrin Katolik Roma, mengejek William Tyndale dengan berkata, "Kita lebih baik hidup tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum Paus." Tyndale dibuat sangat geram dengan bidah Katolik Roma semacam itu dan menjawab, "Aku menentang Paus dan semua hukum-hukumnya. Jika Allah memberiku umur panjang, aku akan membuat bocah yang mengarahkan bajak itu mengenal Kitab Suci lebih banyak daripada engkau!"

Orang-orang yang tidak setuju dengan pandangan dan tindakan Tyndale semakin mencari cara untuk menyingkirkannya. Tidak ada yang tahu siapa yang merencanakan dan membiayai pemufakatan untuk mengakhiri hidup Tyndale (entah pemerintah ataupun penguasa Eropa daratan), tetapi selanjutnya diketahui bahwa rencana tersebut dilaksanakan oleh Henry Phillips, seorang laki-laki yang dituduh merampok ayahnya sendiri dan menjadi miskin karena menghabiskan harta itu di meja judi. Phillips menjadi tamu Tyndale dalam perjamuan yang diadakannya untuk orang miskin. Setelah itu, dia menjadi salah satu orang yang mendapat hak istimewa untuk melihat buku-buku dan tulisan-tulisan Tyndale.

Pada bulan Mei 1535, Phillips memancing Tyndale untuk keluar dari tempat perlindungannya menuju tangan para serdadu. Tyndale segera dibawa ke Kastel Vilvoorde, penjara negara yang sangat besar di Low Countries (sebutan untuk wilayah Belgia, Belanda, Luksemburg, Perancis bagian Utara serta Jerman bagian Barat - Red.) dan dituduh telah melakukan bidah.

Pengadilan untuk kasus bidah di Belanda saat itu dipegang oleh komisionaris khusus dari Kekaisaran Romawi Suci. Untuk menyelesaikan kasus ini membutuhkan waktu berbulan-bulan. Pada waktu ini, Tyndale memiliki banyak waktu untuk merefleksikan pengajarannya, seperti bagian dari salah satu traktatnya di bawah ini.

"Janganlah kiranya hal ini menjadikan Anda putus asa atau patah semangat, wahai Pembaca, bahwa apa yang kita lakukan ini menjauhkan kita dari pedihnya hidup dan memunyai hak milik, atau yang kita lakukan ini merusak kedamaian yang didirikan oleh sang raja, atau mengkhianatinya. Kita membaca Firman yang baik bagi kesehatan jiwa kita -- sebab jika Allah ada di pihak kita, maka tidak penting siapa yang akan menjadi lawan kita, entah itu uskup, kardinal maupun paus."

Tyndale dihukum

Akhirnya, pada awal Agustus tahun 1536, Tyndale ditetapkan sebagai seorang bidah, diturunkan dari jabatan kependetaan, dan diserahkan kepada otoritas sekuler untuk mendapatkan hukuman. Bulan Oktober, setelah pemerintah lokal melakukan rapat, Tyndale dibawa ke tengah-tengah alun-alun kota dan diberi kesempatan untuk mengaku bersalah. Kesempatan itu ditolaknya, lalu dia diberi kesempatan untuk berdoa. Seorang sejarawan Inggris, John Foxe, mengatakan bahwa Tyndale berseru, "Tuhan, bukalah mata Raja Inggris!"

Pada tahun 1536, atas hasutan para agen Raja Henry VIII dan Gereja Anglikan, Tyndale dibawa menuju sebuah tiang, rantai besi dan tali dililitkan ke lehernya. Kemudian, ia dibakar di atas tumpukan kayu di hadapan banyak orang dan anggota pemerintah.

Beberapa karya William Tyndale adalah The New Testament, Five Books of Moses -- Called the Pentateuch, A Prologue Unto the Epistle of Paul to the Romans, The Parable of the Wicked Mammon, The Practice of Prelates, An Answer Unto Sir Thomas More`s Dialogue, The Prophet Jonas, The Exposition of the First Epistle of St. John, An Exposition Upon the V. VI. VII. Chapters of Matthew, The Supper of the Lord, A Brief Declaration of the Sacraments, The Testament of Master William Tracy Esquire expounded by William Tindall and Jhon Frith , dan Tyndale`s Letter from Prison. (t/Setya)

 

Audio: William Tyndale



 

Diterjemahkan dan dirangkum dari:

1. ________. "William Tyndale Bible History". Dalam http://www.william-tyndale.com/tyndale-bible-history.html

2. Jokinen, Anniina. "The Works of William Tyndale". Dalam http://www.luminarium.org/renlit/tyndalebib.htm

3. ________. "William Tyndale". Dalam http://www.christianitytoday.com/ch/131christians/scholarsandscientists/tyndale.html?start=1


Komentar


Kunjungi Situs Paskah untuk memperoleh bahan Paskah


https://paskah.sabda.org

SABDA Live



Alkitab SABDA


Cari kata atau ayat:

Kamus SABDA


Media Sosial

 

Member login

Permohonan kata sandi baru